Selasa, 01 Januari 2013

Kenali “Bahasa Cinta” Pasanganmu untuk Hindari Putus Cint

Kenali “Bahasa Cinta” Pasanganmu untuk Hindari Putus Cinta

13 September 2012 1,374 views No Comment
Sumber: lovequotesandmore.net
Sumber: lovequotesandmore.net
Oleh: Ramadion S.Psi
Dalam hubungan cinta, ada sebuah masa yang secara tak resmi disebut sebagai “masa bulan madu”, yaitu masa di mana pasangan terlihat sangat sempurna dan kita merasa sangat bahagia hanya dengan keberadaannya di samping kita. Tapi, berdasarkan penelitian Dr. Dorothy Tennov, “masa bulan madu” ini hanya berlangsung paling lama dua tahun saja. Setelah itu, perasaan cinta yang menggebu-gebu tadi mulai mengalami penurunan. Kita mulai melihat kekurangan di diri pasangan, misalnya jerawat di wajahnya yang dulu tidak kita gubris. Atau, perilaku pasangan yang tadinya biasa saja mulai terasa mengganggu. Contohnya, gaya cuek yang dulu terlihat cool mulai terasa sebagai bentuk ketidakpedulian, hobi ber-olahraga pasangan yang tadinya merupakan aspek positifnya mulai dipersepsi sebagai upaya melarikan diri dari diri kita, dan lain-lain.
Beberapa dari kita pun mencoba mengejar kembali perasaan cinta yang dulu dengan melakukan hal yang menurut kita akan menyenangkan pasangan, seperti, membelikan hadiah, memasakkan makanan yang enak atau memberikan pelukan dan sentuhan fisik lainnya. Tapi ternyata itikad baik kita tersebut tidak mendapatkan respons seperti yang diharapkan. Beberapa pasangan pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Sumber: http://bit.ly/PedFh4
Sumber: http://bit.ly/PedFh4
Konsultan yang mempelajari hubungan cinta, Gary Chapman (1996), melihat bahwa kesalahan terletak pada definisi pasangan tentang cinta dan komunikasi cinta yang dilakukan pasangan. Chapman (1996) mengatakan bahwa apa yang kita rasakan pada “masa bulan madu” harusnya tidak dianggap sebagai cinta. Perasaan yang membuncah tersebut sebenarnya hanyalah reaksi fisik kita saja terhadap pasangan. Ini adalah perasaan saat tubuh kita menemukan tubuh lain yang cocok untuk membuat keturunan. Menurut Chapman, cinta justru adalah perasaan yang berhasil kita tumbuhkan pada masa setelah “masa bulan madu”. Yaitu pada masa kita sudah bisa menerima kekurangan dari pasangan dan berkomunikasi dengan baik dengan pasangan.
Berdasarkan pengalaman Chapman selama 20 tahun, komunikasi antar pasangan dapat dilakukan dalam 5 cara. Chapman menyebutnya sebagai “Lima Bahasa Cinta”, dan manusia yang merasa komunikasinya dengan pasangan belum baik artinya dia belum menemukan “bahasa” cinta yang digunakan oleh pasangan.
“Bahasa” cinta ini didapatkan oleh tiap manusia seperti ia mendapatkan bahasa yang ia gunakan sehari-hari. Manusia mempelajari “bahasa cinta”-nya dari melihat kondisi di sekitar dan dari mengikuti dorongan yang ia dapatkan dari dalam. Seseorang yang melihat ayahnya sering memberikan hadiah kepada ibunya akan menggunakan cara yang sama untuk mencoba menyenangkan pasangannya (padahal mungkin pasangannya tidak mementingkan hadiah fisik). Orang yang senang dipeluk akan memeluk pasangannya untuk mencoba membahagiakannya (padahal mungkin pasangannya membutuhkan sebuah diskusi untuk menyelesaikan masalahnya). Cara terbaik agar kita mendapatkan timbal-balik yang baik dari komunikasi kita dengan pasangan adalah dengan mencari tahu “bahasa cinta” pasangan dan memberitahu pasangan tentang “bahasa cinta” kita sendiri.
Berikut adalah lima “bahasa cinta” yang ditemukan oleh Chapman:
Sumber: http://bit.ly/Q5NLLq
Sumber: http://bit.ly/Q5NLLq
1. Kata-kata pendukung dan pujian: ada beberapa orang yang mengharapkan pujian dari orang yang mereka cintai. Ia senang jika usahanya mendapatkan feedback positif dari keluarga dan pasangannya. Ia tumbuh di lingkungan yang memberi pengakuan dari tiap prestasinya, dan orang-orang ini akan mengharapkan pasangannya untuk memberikan hal yang sama untuk dirinya. Untuk orang-orang yang memiliki “bahasa” ini, pujian atas rambut yang baru dipotong akan lebih berharga daripada hadiah seperti coklat dan perhiasan.
Orang yang memiliki “bahasa” ini juga biasanya lebih sensitif dengan penggunaan nada bicara. Ia akan lebih merasa sedih jika pasangan menggunakan nada bicara yang keras. Mereka juga akan lebih bersedia untuk bekerja sama (misalnya, untuk mencuci baju atau pekerjaan rumah tangga lainnya) jika kita memintanya dalam bentuk bahwa kita membutuhkan kemampuannya. Daripada mengatakan, “betulkan kamar mandi sebelum rumah ini banjir”, lebih baik kita mengatakan, “menurutmu apakah kamu sempat membenarkannya hari sabtu ini?”
2. Quality time: kita sudah sering mendengar cerita mengenai orang-orang yang merasa tidak bahagia, padahal pasangannya sukses dalam karirnya dan ia memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena orang tersebut lebih mengharapkan untuk bisa menghabiskan waktu yang berkesan dengan pasangannya daripada semua fasilitas yang dimiliki. Orang-orang dengan “bahasa” ini akan sangat senang jika dapat bepergian bersama dengan pasangannya atau hanya tinggal saja di rumah untuk mengobrol dengan pasangannya.
Jika berbicara dengan orang-orang dengan “bahasa” ini, ia akan sangat menghargai jika kita menjaga eye-contact, tidak menyela pembicaraan mereka dan tidak melakukan hal lain seperti mengecek handphone kita. Mereka juga akan senang jika kita mencoba ikut menyukai hobi yang mereka miliki dan melakukannya bersama.
Sumber: www.sheknows.com
Sumber: www.sheknows.com
3. Hadiah: Orang yang memiliki “bahasa” ini akan merasa susah jika ia berpasangan dengan pasangan yang terlalu hitung-hitungan. Jika kamu memiliki pasangan yang memiliki “bahasa” ini, Gary Chapman tidak menyuruhmu untuk berubah menjadi orang yang boros. Tapi, ada baiknya agar kamu secara khusus membuat anggaran khusus untuk membelikannya hadiah.
4. Pelayanan: Walau bukan berarti harus dilayani terus menerus, ada orang yang merasa senang jika pasangannya melakukan hal spesial untuk dirinya. Jika kamu memiliki pasangan yang senang jika mendapatkan perlakuan khusus darimu, mungkin adalah ide baik untuk sesekali membuatkannya sarapan khusus. Untuk mereka yang sudah menikah, kamu bisa sesekali membereskan rumah sebelum pasangan pulang. Bukan kondisi rumahnya yang diinginkan pasangan, tapi bentuk usahamu untuk menyenangkannya yang ia cari.
5. Sentuhan fisik: Kulit kita dipenuhi dengan reseptor syaraf, dan beberapa orang sangat senang jika pasangannya menyentuh kulit mereka dengan perasaan sayang. Karena itu, banyak orang yang senang dipeluk dan dibelai. Seperti orang dengan “bahasa” lainnya, dia akan lebih senang untuk duduk berdua saja sambil bersentuhan fisik daripada jika kamu repot-repot membuat makanan yang memerlukan waktu masak yang lama.
Bagaimanakah cara untuk mengetahui “bahasa cinta” yang dimiliki pasangan? Menurut Chapman, ada dua cara. Pertama, adalah dengan menanyakan pada pasangan, “apa saja hal yang aku lakukan yang membuat kamu sangat senang?”  Kamu juga bisa bertanya, “saat kita bertengkar, apa yang aku lakukan yang membuat kamu sangat terluka?” Jika jawabannya adalah kata-kata yang kasar, maka mungkin bahasa cinta pasanganmu adalah Kata-kata Pendukung. Jika jawabannya adalah kamu yang mendiamkan dirinya, mungkin bahasa cinta pasanganmu adalah Quality Time.
Sumber: www.onlineedublog.com
Sumber: www.onlineedublog.com
Cara kedua adalah memperhatikan hal yang paling sering diminta oleh pasangan. Jika ia sering meminta dibelikan sesuatu, maka mungkin bahasa cintanya adalah Hadiah. Jika ia sering memintamu membereskan baju yang kamu taruh sembarangan, mungkin bahasa cintanya adalah Pelayanan. Oh ya, ada kemungkinan satu orang memiliki lebih dari satu bahasa cinta yang dominan. Setelah mengetahui bahasa cinta pasanganmu (dan mengajak pasangan mengetahui bahasa cintamu), mulailah saling memberikan apa yang dibutuhkan pasanganmu.
Bagaimana menurutmu? Apakah bahasa cintamu dan pasangan? Apakah kamu memiliki bahasa cinta yang lain? Share jawabanmu di bagian comment, ya. Selamat berkomunikasi dengan pasangan!
Sumber:
Chapman, Gary. (1997). Lima Bahasa Kasih. Jakarta: Professional Books.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar