Selasa, 01 Januari 2013

I Need You

“Waiting” Means “I Need You”
Ibrani 11:1-3; Roma 8:24-25
 
Sesungguhnya hidup manusia adalah soal menanti. Manusia hidup dalam waktu menanti. Kita menanti waktu akhir dan kita menanti akan berubah atau menjadi apa/siapa? Bukankah memang benar bahwa hidup manusia adalah menanti? Setiap hari kita menanti angkot. Menanti giliran mengisi bensin. Menanti lamaran pekerjaan dibalas. Menanti telepon dan SMS dibalas. Menanti kabar sang kekasih. Menanti kehadiran/kelahiran anak. Menanti air mendidik untuk bikin kopi. Dengan kata lain, setiap hari kita selalu menanti dan menanti.
Meskipun hidup manusia adalah rentetan penantian, siapa sih yang suka menanti? Tidak ada seorangpun yang mau menanti. Menanti atau menunggu itu sangat tidak efisien – itu namanya membuang-buang waktu (waste of time) dan secara psikologis hal itu sangat mengganggu dan membuat kita tidak nyaman. Tetapi sadarkah kita, mengapa kita menunggu atau menanti? Ya, karena kita butuh. Kita mau-tidak mau harus menanti atau menunggu karena kita memang butuh. Kita menantikan air mendidih karena memang butuh air panas untuk bikin kopi. Kita menantikan waktu kehamilan sampai 9 bulan karena kita memang butuh anak itu lahir. Kita menantikan surat lamaran kerja kita dibalas karena kita memang butuh pekerjaan. Hidup kita tidak akan pernah utuh hanya dengan mengupayakan dari diri sendiri. Karena itu kita mesti menanti dan menunggu pertolongan pihak lain. Hal ini sederhana, tetapi sangat penting. Sampai-sampai, seorang teolog Asia bernama Kosuke Koyama mengatakan bahwa waiting means needing.
Menati atau menunggu berarti kita butuh. Kalau kita tidak butuh, mana mungkin kita mau menunggu? Jadi, ini perenungan yang sangat indah. Menunggu adalah pengalaman yang indah. Ibaratnya, sepasang kekasih yang saling menunggu. Tiap waktu adalah pengalaman yang sangat ecxiting dan pengalaman yang penuh pengharapan. Ketika kita mengatakan “aku butuh kamu” maka ini juga berarti “aku menanti kamu”. Artinya dasar iman Kristen berasal dari dua kombinasi kalimat tersebut. Karena menanti memang adalah nama lain dari iman. Dengan demikian, ketika kita beriman, kita menyadari bahwa kita sedang menantikan Tuhan.
Firman Tuhan saat ini menjelaskan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Untuk segala sesuatu yang tidak kita lihat, kitapun diminta menunggu agar Tuhan sendiri yang membuktikan kelak agar semuanya dapat terlihat. Kata harap di sana juga berarti menanti atau menunggu. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun (Rm 8:24-25). Karena kita memang berharap untuk apa yang tidak kita lihat, sehingga kita menantikannya dengan tekun. Sebab kalau kita sudah melihat sesuatu, itu bukan lagi pengharapan – seperti kata Rasul Paulus. Semakin kuatlah keyakinan kita bahwa beriman itu sama dengan menunggu atau menanti.
Jadi, jangan pernah menjadikan setiap peristiwa yang berada dalam rentang waktu hidup kita sebagai sebuah peristiwa terakhir, perhentian, atau selesai. Hari akan berganti hari, tahun pun akan berganti tahun. Jadi tidak ada waktu yang selesai dan berhenti.
Mari kita menyadari bahwa setiap waktu kita adalah saat dimana kita terus menanti-nantikan tuntunan tangan kasih Tuhan. Kita menyadari bahwa setiap waktu, kita senantiasa membutuhkan Tuhan. Karena itu mengaku menjadi orang beriman tidak akan pernah selesai, berakhir, atau berhenti.
Mari kita semua terus memupuk dan menumbuhkan iman dengan setia sampai pada akhir waktu di dunia ini. Karena memang, iman tidak pernah amin (selesai). Manusia hidup bersama dengan waktu untuk memberi kesempatan kepada kita merespon panggilan Tuhan di sepanjang waktu hidup kita.
Tuhan menolong dan memberkati kita menyongsong tahun baru, tahun 2013. Amin. (LBLD)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar